PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Lahan
sebagai sumberdaya alam mempunyai peranan diantaranya sebagai penghasil komoditi
pertanian dan kehutanan. Meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan pokok telah
menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan areal pertanian yang lebih luas dan
diusahakan lebih intensif. Berdasarkan hal ini maka diperlukan kegiatan
pengelolaan lahan yang optimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal untuk
memenuhi kebutuhan yang makin meningkat tersebut. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk pemanfatan lahan secara optimal adalah melalui kegiatan
agroforestri.
Agroforestri
merupakan sistem tersendiri dan bukan sekedar campuran tanaman
pertanian-kehutanan-peternakan. Keberhasilan pemapanan agroforestri tergantung
pada ketepatan memilih bentuk dan menentukan sasaran menurut kebutuhan setempat
dan ketergabungannya dengan kebiasaan petani setempat. Ini berarti bahwa
agroforestri merupakan suatu penyelesaian suatu penyelesaian baik menurut
tempat maupun waktu.
Ciri-ciri
agroforestri adalah:
1.
Budidaya tanaman menetap pada sebidang
lahan.
2.
Mengkombinasikan tanaman semusim dan
tanaman tahunan secara berdampingan atau berurutan, tanpa atau dengan
pemeliharaan ternak.
3.
Menerapkan pengusahaan budidaya tanaman
yang dapat digabungkan dengan kebiasaan petani setempat.
4.
Merupakan sistem pemanfaatan lahan
dimana tanaman pertanian, kehutanan dan atau peternakan menjadi anasirnya, baik
secara struktur maupun fungsi.
Agroforestri
memiliki banyak manfaat baik secara ekonomi, ekologi dan sosial. Manfaat
ekonomi adalah agroforestri dapat meningkatkan hasil produksi suatu lahan
dengan penanaman berbagai macam komoditi bernilai ekonomi dan menyediakan
lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat. Manfaat secara ekologi adalah dengan adanya
sistem agroforestri diharapkan dapat memenuhi kaidah pengawetan tanah dan air.
Pada sistem ini diharapkan pepohonan dapat melindungi tanah dari butiran air
hujan secara langsung yang dapat menyebabkan aliran permukaan. Manfaat secara
sosiala adalah dengan adanya sistem agroforestri dapat meningkatkan
kesejahtraan hidup masyarakat dan dapat menciptakan masyrakat mandiri. Manfaat
agroforestri yang akan dibahas dalam makalah ini adalah manfaat agroforestri
dari segi ekologi yaitu pengawetan tanah dan air.
2.
Tujuan
Pembuatan
makalah ini bertujujan untuk mengetahui peran agroforestri dalam konservasi
tanah dan air berdasarkan literatur yang digunakan.
TINJAUAN
PUSTAKA
Agroforestry
Agroforestry
merupakan system penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu
(pepohonan, perdu, bambu, rotan dan lainnya) dengan tanaman tidak berkayu atau
dapat pula dengan rerumputan (pasture), kadang-kadang ada komponen ternak atau
hewan lainnya (lebah, ikan) sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis
antara tanaman berkayu dengan komponen lainnya (Huxley 1999). Hampir setiap
ahli mengusulkan definisi yang berbeda satu dari yang lain.
Agroforestri
merupakan salah satu sistem penggunaan lahan yang diyakini oleh banyak orang
dapat mempertahankan hasil pertanian secara berkelanjutan. Agroforestri
memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap jasa lingkungan (environmental
services) antara lain mempertahankan fungsi hutan dalam mendukung DAS
(daerah aliran sungai), mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, dan
mempertahankan keanekaragaman hayati. Mengingat besarnya peran Agroforestri dalam
mepertahankan fungsi DAS dan pengurangan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer
melalui penyerapan gas CO2 yang telah ada di atmosfer oleh tanaman dan
mengakumulasikannya dalam bentuk biomasa tanaman, maka agroforestri sering
dipakai sebagai salah satu contoh dari “Sistem Pertanian Sehat” (Hairiah dan
Utami 2002).
Salah
satu fungsi agroforestri pada level bentang lahan (skala meso) yang sudah
terbukti diberbagai tempat adalah kemampuannya untuk menjaga dan mempertahankan
kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, khususnya terhadap kesesuaian
lahan. Beberapa dampak positif sistem agroforestri pada skala meso ini antara
lain: (a) memelihara sifat fisik dan kesuburan tanah, (b) mempertahankan fungsi
hidrologi kawasan, (c) mempertahankan cadangan karbon, (d) mengurangi emisi gas
rumah kaca, dan (e) mempertahankan keanekaragaman hayati. Fungsi agroforestri
itu dapat diharapkan karena adanya komposisi dan susunan spesies tanaman dan
pepohonan yang ada dalam satu bidang lahan.
Konservasi
Tanah dan Air
Laju pertambahan
penduduk yang sangat cepat menimbulkan masalah yang kompleks akhir-akhir ini.
Peningkatan jumlah penduduk diikuti oleh peningkatan kebutuhan pangan, sandang,
papan/perumahan dan lain-lain. Lahan yang memadahi diperlukan untuk penyediaan
kebutuhan tersebut, terutama untuk budidaya pertanian.
Kualitas
dan kuantitas lahan menurun dengan peningkatan tekanan oleh manusia, karena
adanya pengalihfungsian lahan pertanian menjadi menjadi areal non-pertanian.
Pengolahan lahan yang tidak akrab dengan lingkungan akan mempercepat terjadinya
degradasi kesuburan tanah. Oleh karena itu, permasalahan lahan ini perlu
mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari semua pihak.
Sebagian
besar hutan alam di Indonesia termasuk dalam hutan hujan tropis. Banyak
para ahli yang mendiskripsi hutan hujan tropis sebagai ekosistem spesifik, yang
hanya dapat berdiri mantap dengan keterkaitan antara komponen penyusunnya
sebagai kesatuan yang utuh. Keterkaitan antara komponen penyusun ini
memungkinkan bentuk struktur hutan tertentu yang dapat memberikan fungsi
tertentu pula seperti stabilitas ekonomi, produktivitas biologis yang tinggi,
siklus hidrologis yang memadai dan lain-lain. Secara de facto tipe
hutan ini memiliki kesuburan tanah yang sangat rendah, tanah tersusun oleh partikel
lempung yang bermuatan negatif rendah seperti kaolinite dan
illite. Kondisi tanah asam ini memungkinkan besi dan almunium menjadi
aktif di samping kadar silikanya memang cukup tinggi, sehingga melengkapi
keunikan hutan ini. Namun dengan pengembangan struktur yang mantap
terbentuklah salah satu fungsi yang menjadi andalan utamanya yaitu ”siklus hara
tertutup” (closed nutrient cycling) dan keterkaitan komponen tersebut, sehingga
mampu mengatasi berbagai kendala/keunikan tipe hutan ini (Withmore, 1975).
Alih
fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah
seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir,
kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah berat
dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang
dikonversikan menjadi lahan usaha lain. Agroforestri adalah salah satu sistem
pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang
timbul akibat adanya alih fungsi lahan tersebut dan sekaligus untuk mengatasi
masalah ketersediaan pangan.
Agar
dapat meningkatkan produktivitas lahan terutama lahan pertanian di Indonesia
saat ini, maka juga berkaitan dengan faktor kesuburan tanah pada lahan
tersebut. Dalam sistem agroforestri terdapat interaksi ekologis dan ekonomis
antara komponen-komponen yang berbeda. Agroforestri ditujukan untuk
memaksimalkan penggunaan energi matahari, meminimalkan hilangnya unsurhara di
dalam sistem, mengoptimalkan efesiensi penggunaan air dan meminimalkan runoff serta
erosi. Dengan demikian mempertahankan manfaat-manfaat yang dapat diberikan oleh
tumbuhan berkayu tahunan (perennial) setara dengan tanaman pertanian
konvensional dan juga memaksimalkan keuntungan keseluruhan yang dihasilkan dari
lahan sekaligus mengkonservasi dan menjaganya.
Kondisi
tanah hutan ini juga menunjukkan keunikan tersendiri. Aktivitas biologis tanah
lebih bertumpu pada lapisan tanah atas (top soil). Aktivitas biologis tersebut
sekitar 80% terdapat pada top soil saja. Kenyataan-kenyataan tersebut
menunjukkan bahwa hutan tropika basah merupakan ekosistem yang rapuh (fragile
ecosystem), karena setiap komponen tidak bisa berdiri sendiri. Disamping itu
dijumpai pula fenomena lain yaitu adanya ragam yang tinggi antar lokasi atau
kelompok hutan baik vegetasinya maupun tempat tumbuhnya (Marsono, 1991).
Dalam
sistem agroforestri terdapat interaksi ekologis dan ekonomis antara
komponen-komponen yang berbeda. Agroforestri ditujukan untuk memaksimalkan
penggunaan energi matahari, meminimalkan hilangnya unsur hara di dalam sistem,
mengoptimalkan efesiensi penggunaan air dan meminimalkan
runoff serta erosi. Dengan demikian mempertahankan manfaat-manfaat
yang dapat diberikan oleh tumbuhan berkayu tahunan (perennial) setara dengan
tanaman pertanian konvensional dan juga memaksimalkan keuntungan keseluruhan
yang dihasilkan dari lahan sekaligus mengkonservasi dan menjaganya.
Menurut
Young dalam Suprayogo et al (2003) ada empat keuntungan terhadap
tanah yang diperoleh melalui penerapan agroforestri antara lain adalah:
(1)
memperbaiki kesuburan tanah,
(2)
menekan terjadinya erosi
(3)
mencegah perkembangan hama dan penyakit,
(4)
menekan populasi gulma.
Peran
utama agroforestri dalam mempertahankan kesuburan tanah, antara lain melalui
empat mekanisme:
(1)
mempertahankan kandungan bahan organik tanah,
(2)
mengurangi kehilangan hara ke lapisan tanah bawah,
(3)
menambah N dari hasil penambatan N bebas dari udara,
(4)
memperbaiki sifat fisik tanah,
Teknik
konservasi tanah dan air pada daerah berlereng dilakukan dengan pembuatan
terasering atau melakukan penanaman mengikuti garis kontur di dalam lorong
dengan menggunakan tanaman penyangga berupa campura tanaman tahunan
(perkebunan, buah-buahan, polong-polongan dan tanama industri) sayuran dan rumput
untuk pakan ternak.
Sistem
penamaman agroforestri pada daerah berlereng dapat menggunakan Sistem
Sloping Agricultural Land Technology (SALT), suatu bentuk Alle Cropping
(tanaman lorong). Sistem SALT diselenggarakan dalam suatu proyek di Mindanao Baptist
Rural Life Center Davao Del Sur. Dalam proyek ini, dapat ditunjukkan bahwa cara
bercocok tanam dan pengaturan letak tanaman terutama di daerah berlereng,
sangat berperan dalam konservasi tanah dan air serta produksi hasil
pertaniannya. Penggunaan mulsa lamtoro (Leucaenleucocephala) dapat meningkatkan
kesuburan tanah dan pendapatan petani sedangkan bahaya erosi dapat diperkecil.
Pendapatan para petani dapat meningkat dua kali setelah mengikuti semua aturan
yang ditentukan selama empat tahun. Pokok-pokok aturan dalam penyelenggaraan
SALT adalah sebagai berikut :
1.
Penanaman lamtoro dua baris pada tanah
yang telah diolah secara baik, dengan antara 0,5 meter. Setelah tingginya 3 – 4
meter dipangkas satu meter di atas tanah. Daun dan ranting lamtoro diletakkan
di bawah tanaman tahunan atau areal / lajur tanaman pangan.
2.
Jarak barisan tanaman lamtoro 4 –
6 meter, tergantung pada kemiringan lahan.
3.
Tanaman keras ditanam bersamaan dengan
lamtoro dengan cara cemplongan, jarak 4 – 7 meter.
4.
Tanaman pangan dimulai setelah batang
lamtoro sebesar jari.
Pengolahan
tanah untuk tanaman pangan dilakukan pada lajur/ lorong
yang
berselang-seling dengan lajur tanaman keras atau lajur yang tidak
diolah.
PEMBAHASAN
Penerapan
sistem agroforestri sebagai pemanfaatan lahan memberi manfaat ekologi
melalui penggunaan lahan yang diterapkan. Manfaat ekologi yang dapat dirasakan
melalui sistem agroforestri secara tidak langsung akan melindungi pepohonan
kehutanan dari perambahan masyarakat sekitar, sehingga fungi ekologi dari tegakan
pohon tersebut tetap berfungsi dengan baik. Pohon tersebut akan menghalangi air
hujan turun langsung ke permukaan tanah, sehingga energi kinetik dari air hujan
menjadi lebih kecil saat turun di atas permukaan tanah. Tajuk tersebut juga
akan menghambat air hujan turun semua ke permukaan tanah melalui proses
intersepsi. Pada proses intersepsi, air hujan yang tertahan di tajuk pohon akan
diuapkan kembali ke atmosfer. Selain itu, dengan adanya tanaman sela seperti
tanaman pertanian akan mengurangi energi kinetik yang lepas dari tajuk pohon.
Adanya penutupan lahan yang optimal oleh serasah daun pohon maupun tanaman
pertanian akan mengurangi laju aliran permukaan (surface run off). Menurunnya
laju surface run off akan melindungi bahan organik atau lapisan top soil yang
ada di atas permukaan tanah. Dengan demikian, laju erosi pun dapat diperkecil.
Nilai erosi dapat ditentukan dengan metode USLE (Universal Soil Loss Equation)
oleh Wischmeier dan Smith, 1976 & 1978
A = R K L
S C P
A = Besar
kehilangan tanah (ton/ha/th)
R =
Faktor erosifitas hujan (mm/th)
K =
Faktor erodibilitas tanah (range 0-1)
L =
Faktor panjang Lereng (m)
S =
Faktor kelerengan (%/o)
C =
Faktor penutupan vegetasi (range 0-1)
P =
Faktor pengelolaan tanah
Jika
dilihat dari rumus di atas, faktor penutupan vegetasi berbanding lurus dengan
besar kehilangan tanah. Semakin luas permukaan tanah yang tidak tertutup oleh
vegetasi, maka semakin besar kehilangan tanahnya. Sehingga dengan adanya sistem
agroforestri yang memanfaatkan lahan dengan pentupan vegetasi optimal, akan
memperkecil kehilangan tanah. Akan tetapi, faktor pengelolaan tanah juga
sebanding dengan besar kehilangan tanah. Sehingga pengelolaan tanah yang kurang
tepat akan memperbesar kehilangan tanah. Pada sistem agroforestri, pengelolaan
tanah sebelum penanaman dan saat pemanenan adalah tahap yang rentan terhadap
hilangnya bagian tanah (erosi). Pada tahap ini, penutupan lahan belum optimal,
sehingga diperlukan cover crops untuk melindungi tanah dari erosi. Cover crops
tersebut dapat berupa tanaman leguminosea yang cepat tumbuh maupun rerumputan.
Pada
daerah dengan topogarfi miring, konservasi tanah tidak hanya memerhatikan
penutupan tanah, tetapi juga metode penanaman yang digunakan. Lahan dengan
topografi miring lebih rentan terhadap surface run off dan erosi,
sehinggga diperlukan adanya guludan. Guludan tersebut akan menghambat lapisan
tanah yang dapat terbawa oleh aliran permukaan. Pembuatan guludan dapat
dilakukan dengan jarak 5 meter atau dapat disesuaikan dengan kemiringan lereng.
Oleh karena rentannya erosi pada topografi miring dan pengelolaan tanah, maka
diperlukan jenis yang dipanen adalah hasilnya seperti kopi, coklat, maupun
buah-buahan, terutama jika faktor erodibilitas tanahnya tinggi.
Selain
sistem agroforestri dapat mengkonservasi tanah, agroforestri juga dapat
mengkonservasi air. Vegetasi yang menutupi tegakan akan menyimpan air
hujan dan menahan air limpasan yang turun ke dalam tanah melalui proses
infiltrasi. Seperti yang diungkapkan oleh Murdiyarso dan Kurnianto 2007, banjir
akan bisa menjadi lebih besar jika penyimpan air (water saving) tidak
bisa menahan air limpasan. Hal ini bisa terjadi ketika hutan yang berfungsi
sebagai daya simpan air tidak mampu lagi menjalankan fungsinya. Hutan dapat
mengatur fluktuasi aliran sungai karena peranannya dalam mengatur limpasan dan
infiltrasi. Strata pohon yang ada pada sistem agroforestri menyerupai strata
yang ada pada hutan, sehingga lahan tetap mampu menyimpan air oleh vegetasi
yang ada.
Menurut
Michon dan Deforestra 1995 dalam Michon dan Deforesta 2000
menyebutkan bahwa salah satu manfaat dari sistem pengelolaan hutan
bersama masyarakat dengan model agroforestry ialah konservasi tanah dan air.
Seperti halnya hutan alam, agroforestry juga memiliki sistem stratifikasi tajuk
yang dari segi konservasi tanah dan air akan lebih berdampak pada pengaturan
tata air dan hujan tidak secara langsung jatuh ke tanah sehingga dapat mencegah
erosi permukaan. Hal ini terlihat dari komposisi jenis dan pola tanam, jenis
pohon di ladang, dan hutan rakyat. Sebagai contoh peran pohon dalam peresapan
air seperti Calliandra callothyrsus 56%, Parkia javanica 63,9%, dan
Dalbergia latifolia 73,3% (Pudjiharta 1990).
Di dalam
ekosistem, hubungan tanah, tanaman, hara dan air merupakan bagian yang paling
dinamis. Tanaman menyerap hara dan air dari dalam tanah untuk dipergunakan
dalam proses-proses metabolisme dalam tubuhnya. Sebaliknya tanaman memberikan
masukan bahan organik melalui serasah yang tertimbun di permukaan tanah berupa
daun dan ranting serta cabang yang rontok. Bagian akar tanaman memberikan
masukan bahan organik melalui akar-akar dan tudung akar yang mati serta dari
eksudasi akar. Di dalam sistem agroforestri sederhana, misalnya sistem budidaya
pagar, pemangkasan cabang dan ranting tanaman pagar memberikan masukan bahan
organik tambahan. Bahan organik yang ada di permukaan tanah ini dan bahan
organik yang telah ada di dalam tanah selanjutnya akan mengalami dekomposisi
dan mineralisasi dan melepaskan hara tersedia ke dalam tanah. Dengan kata lain,
adanya pohon dalam agroforestry memberi manfaat terhadap lingkungan yakni
terjadinya siklus hara yang efisien sehingga akan mendukung produktivitas lahan
melalui penyuburan oleh berkembangnya mikroba tanah. Tersedianya konsentrasi
bahan organik, C, dan N tanah dari serasah akan berpengaruh pada biomasa
mikroba tanah, termasuk mikoriza yang aktif menyerap dan menyediakan unsur
mikro P, N, Zn, Cu, dan S kepada tumbuhan inang, sehingga siklus hara pada
agroforestry bersifat efisien dan tertutup (Riswan et al., 1995).
Pohon
memberikan pengaruh positif terhadap kesuburan tanah, antara lain melalui: (a)
peningkatan masukan bahan organik (b) peningkatan ketersediaan N dalam tanah
bila pohon yang ditanam dari keluarga leguminose, (c) mengurangi kehilangan
bahan organik tanah dan hara melalui perannya dalam mengurangi erosi, limpasan
permukaan dan pencucian, (d) memperbaiki sifat fisik tanah seperti perbaikan
struktur tanah, kemampuan menyimpan air (water holding capacity), (e) dan
perbaikan kehidupan biota. Beberapa proses yang terlibat dalam perbaikan
kesuburan tanah oleh pohon dalam sistem agroforestri sebagai berikut:
1.
Lewat proses-proses dalam tanah
1.
Mengurangi erosi tanah.
2.
Mempertahankan kandungan bahan organik
tanah
3.
Memperbaiki dan mempertahankan sifat
fisik tanah (lebih baik dibanding tanaman semusim).
4.
Menambah jumlah kandungan N tanah
melalui fiksasi N dari udara oleh tanaman legume
5.
Sebagai jaring penyelamat hara yang
tercuci di lapisan tanah bawah, dan menciptakan daur ulang ke lapisan tanah
atas melalui mineralisasi seresah yang jatuh di permukaan tanah.
6.
Membentuk kurang lebih sistem ekologi
yang tertutup (yaitu menahan semua, atau hampir semua, atau sebagian besar
unsur hara di dalam sistem)
7.
Mengurangi kemasaman tanah (melalui
pelepasan kation dari hasil mineralisasi seresah)
8.
Mereklamasi tanah yang terdegradasi
9.
Memperbaiki kesuburan tanah lewat
masukan biomass dari sistem perakaran pohon dan kontribusi dari bagian atas
pohon
10. Memperbaiki aktivitas biologi tanah dan mineralisasi N lewat naungan pohon
11. Memperbaiki asosiasi mikoriza lewat interaksi tanaman dan pohon
12. Lewat interaksi biofisik
1.
Memperbaiki penyerapan hujan, cahaya dan
nutrisi mineral, sehingga meningkatkan produksi
2.
Biomass.
3.
Memperbaiki efisiensi penyerapan hujan,
cahaya dan nutrisi mineral yang dipakai. Terhindar dari penyebaran dan
kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit
13. Keuntungan lingkungan yang lain dari pohon atau semak
1.
Meningkatkan fiksasi N pohon legume
melalui peningkatan jumlah bintil akar bila akar pohon legume tersebut tumbuh
berdekatan atau kontak langsung dengan akar tanaman bukan pemfiksasi N (mungkin
dikarenakan adanya perpindahan langsung dari unsur N atau rendahnya
ketersediaan N dalam tanah yang meningkatkan efektifitas bintil akar).
2.
Tajuk pohon dapat melindungi tanah dari
bahaya erosi
3.
Pepohonan memberikan peneduh bagi
tanaman yang membutuhkan naungan (misalnya kopi) dan menekan populasi
rerumputan yang tumbuh dibawahnya.
Apabila
terjadi perubahan sistem agroforestry akan mengakibatkan berbagai kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh timbulnya erosi tanah dan degradasi lahan. Hal
ini menyebabkan punahnya komponen-komponen penting agroforestry
seperti fungsi tata air, penghasil serasah dan humus, habitat satwa liar,
perlindungan varietas dan jenis tumbuhan lokal sehingga banyak tumbuhan lokal
sebagai sumber pangan buah buahan, bahan bangunan, kayu bakar, dan bahan baku
obat-obatan sudah sangat langka. Di lain pihak, usaha budidaya jenis-jenis yang
terancam punah tersebut sangat minim (Setyawati dan Bismark, 2002).
KESIMPULAN
Sistem
agroforestri sangat berperan dalam konservasi tanah dan air. Hal ini karena
strata tajuknya yang heterogen dibanding dengan hutan tanaman monokultur.
Dengan demikian sistem agroforestri bisa membantu untuk mencegah kerusakan
lingkungan akibat erosi dan pencucian hara.
https://baskara90.wordpress.com/2012/10/13/peran-agroforestri-dalam-konservasi-tanah-dan-air/
Saya di sini untuk berkongsi kesaksian saya tentang apa yang dilakukan syarikat pinjaman yang dipercayai untuk saya. Nama saya Nikita Tanya, dari Rusia dan saya ibu yang cantik dari 3 kanak-kanak saya kehilangan dana saya untuk mendapatkan pinjaman yang sangat sukar untuk saya dan anak-anak saya, saya pergi ke talian untuk mencari bantuan pinjaman semua harapan adalah hilang sehingga satu hari yang setia ketika saya bertemu kawan saya yang baru-baru ini memperoleh pinjaman dari Perkhidmatan Pendanaan Le_Meridian Dia memperkenalkan saya kepada syarikat pinjaman yang jujur ini yang membantu saya mendapat pinjaman dalam masa 5 hari kerja, saya akan berterima kasih untuk selama-lamanya kepada Bapak Benjamin, kerana membantu saya kembali berjalan kaki. Anda boleh menghubungi Encik Benjamin melalui e-mel: lfdsloans@lemeridianfds.com, mereka tidak tahu saya melakukan ini untuk mereka, tetapi saya hanya perlu melakukannya kerana ramai orang di luar sana yang memerlukan bantuan pinjaman sila datang ke syarikat ini dan selamatkan. Watsats: (+ 1 989-394-3740)
BalasHapus